Tahun Pertama
Tahun ini buruk bagi Tamara.
Masa iya, sih harus kuliah di luar kota? Kalo kata Tamara, berpindah itu sama aja kayak melepaskan kenyamanan.
Tamara harus mandiri, lagian kan ada Dale. Kamu ngga bakal sendirian, begitu kata Ayah Tamara.
Naasnya, Tamara sama sekali tidak sekelompok ospek universitas maupun fakultas dengan Dale si sepupu. Padahal mereka sama-sama satu jurusan. Dale juga terlihat sibuk dengan teman-teman SMAnya yang satu jurusan, jadi kadang Tamara sendirian.
“Tam, gue kenalin sama temen gue ya. Dia sekelompok sama lo di univ sih katanya.” kata Dale ke Tamara. Pagi ini mereka sudah bersama-sama di rumah Dale.
Ralat, ini kos-kosan punya Dale. Dale emang tajir, tapi otak bisnisnya tetep jalan. Rumah pemberian orang tuanya dijadikan kos-kosan yang cuma boleh ditinggali oleh dia dan teman-temannya ketika berkuliah.
“Namanya?”
“Naufal,” jawab Dale. “Itu loh yang suka pake hoodie mint kalo ketemu gue.”
“Ngga sadar. Tunjukkin aja orangnya kalo ketemu.”
“Bentar lagi orangnya nyampe. Ngekos disini dia.”
“Bagus deh, gue jadi punya temen. Lo sok sibuk soalnya.” sambar Tamara.
“Artis. Sori.”
Iya, hari ini Tamara dihasut Dale biar bantuin dia beresin rumkosnya karena katanya hari ini hari pindahan temen-temennya ke rumkos. Tamara sih mau-mau aja, dia rajin bebersih soalnya. Lagian kos Tamara kan juga di bagian samping rumah ini, masih satu halaman tapi beda bangunan. Bukan kos juga jatohnya, mirip rumah kecil gitu. Punya Dale juga.
“Dalenya ada di dalem?” tanya laki-laki bertubuh tinggi dari balik pagar. Pasti anak kosannya Dale ini mah, gumam Tamara.
“Ada. Masuk aja. Kata Dale barang-barangnya langsung taro kamar aja.” jawab Tamara.
“Oke, makasih.”
Belum juga lima menit, empat laki-laki lain nyelonong masuk tanpa aba-aba. Rusuh aja pokoknya.
Oke, Dale bilang ada enam orang yang dateng. Tinggal satu lagi berarti.
“Misi, ini bener Kos Putra Jaya kan?”
Tamara bingung. Dale ngga pernah bilang sama-sekali tentang nama kosnya.
“Eh, maksudnya, ini kosnya Dale kan ya?” lanjut laki-laki itu.
“Ooh, iya. Masuk aja kata Dale, barangnya langsung bawa ke dalem aja.”
Si laki-laki cuma manggut aja. “Lo sepupunya Dale ya?”
“Iya, kenapa ya?”
“Naufal,” Laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya. “Salam kenal ya, Tamara.”